https://wakatobi.times.co.id/
Berita

Bonus Demografi Harus Dikelola dengan Baik

Kamis, 30 Oktober 2025 - 07:51
Menuju Indonesia Emas, Bonus Demografi Harus Dikelola dengan Bijak Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat.

TIMES WAKATOBI, JAKARTABonus demografi yang kini dialami Indonesia menjadi peluang besar sekaligus ujian bagi generasi muda. Jika tidak dikelola dengan baik, momentum ini bisa berubah menjadi beban, bukan kekuatan menuju Indonesia Emas 2045.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengingatkan pentingnya peran generasi muda dalam membangun kepemimpinan kolaboratif lintas generasi. “Saatnya anak-anak muda menciptakan kepemimpinan yang kolaboratif. Generasi sekarang siap menerima tongkat estafet menuju Indonesia Emas. Para pemuda harus mulai bergerak sekarang,” tegas Lestari saat membuka diskusi bertajuk “Kepemimpinan Pemuda Menuju Indonesia Emas 2045” di Jakarta, Rabu (29/10).

Diskusi yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 edisi ke-253 itu dipandu oleh Anggiasari Puji Aryatie, Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI. Sejumlah tokoh muda turut menjadi narasumber, di antaranya Rico Waas (Wali Kota Medan), Billy Mambrasar (Pendiri Yayasan Kitong Bisa), Nicky Clara (Pemimpin Muda Inklusif), dan Shana Fatina (Woman Green Entrepreneur). Hadir pula Lathifa Al Anshori, Ketua DPP Partai NasDem Bidang Pemilih Pemula dan Milenial, sebagai penanggap.

Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Kolaborasi

Lestari, yang akrab disapa Rerie, menekankan bahwa tema Sumpah Pemuda tahun ini, “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”, mengandung pesan kuat: kejayaan bangsa hanya dapat diraih melalui kolaborasi lintas generasi dan keterlibatan semua elemen masyarakat.

Menurut anggota Komisi X DPR itu, kualitas yang paling menonjol dari generasi muda adalah potensi kepemimpinannya. “Kepemimpinan pemuda harus berakar pada nilai-nilai Pancasila, memahami visi Indonesia 2045, serta mampu menyatukan berbagai kekuatan bangsa untuk membangun masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Ia menambahkan, visi Indonesia Emas 2045 memiliki empat pilar utama: kedaulatan dan persatuan; pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK; pembangunan ekonomi berkelanjutan; serta pemerataan pembangunan. “Dari empat pilar itu, anak muda bisa menjadi agen penggerak semangat kebinekaan, inklusivitas, dan pelestarian budaya,” kata Rerie yang juga Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem.

Wali Kota Medan, Rico Waas, berbagi pengalaman pribadinya tentang perjalanan dari dunia seni ke panggung politik. “Saya tidak punya latar belakang politik, saya seorang seniman. Tapi saya belajar bahwa kalau ingin suara kita didengar, kita harus terjun langsung ke politik,” ujarnya.

Ia mengaku tak menyangka terpilih sebagai Wali Kota Medan lewat Pilkada 2024. “Medan adalah miniatur Indonesia. Di sini saya belajar bahwa politik bisa menjadi sarana untuk berbuat bagi masyarakat,” katanya. Salah satu inisiatifnya adalah menghidupkan kembali sistem keamanan lingkungan (siskamling) sebagai upaya mempererat interaksi sosial antargenerasi di tengah era digital.

Membangun Pendidikan dan Inklusivitas

Sementara itu, Billy Mambrasar, pendiri Yayasan Kitong Bisa, menekankan pentingnya pendidikan sebagai kunci untuk memutus rantai kemiskinan, terutama di Papua. Melalui yayasan yang ia dirikan sejak 2009, Billy mengembangkan model pendidikan berbasis komunitas dan alam terbuka. “Lewat pendidikan, kita bisa membangun generasi yang mandiri dan berdaya,” ujarnya.

Dari sisi lain, Nicky Clara, aktivis disabilitas, menyoroti pentingnya ekosistem yang mendukung kesetaraan. “Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 28 juta orang. Mereka adalah bagian dari bangsa ini dan harus memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin,” tegasnya. Ia mendorong kolaborasi lintas sektor agar pemberdayaan disabilitas tidak berhenti pada wacana.

Tokoh muda lainnya, Shana Fatina, menyoroti keterkaitan antara ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Lewat inisiatif Woman Green Entrepreneur, ia mengembangkan economic water di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang memberi akses air bersih sekaligus membuka peluang wirausaha bagi warga. “Air seharusnya menjadi sumber kehidupan, bukan sumber kemiskinan,” ujarnya. Program itu juga memberdayakan perempuan dan pemuda lokal agar lebih mandiri secara ekonomi.

Sebagai penanggap, Lathifa Al Anshori menilai penting memberi ruang bagi generasi muda untuk tampil dan melestarikan budaya lokal. “Anak-anak yang lahir antara 2015 hingga 2029 akan menjadi pemimpin pada 2045. Kita harus memastikan mereka tumbuh dengan mengenal akar budayanya sendiri,” ujarnya, sambil mengapresiasi langkah Rico dalam menghidupkan budaya daerah. (*)

Pewarta : Rochmat Shobirin
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Wakatobi just now

Welcome to TIMES Wakatobi

TIMES Wakatobi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.