https://wakatobi.times.co.id/
Berita

Kisah M Lutpi Alamin, Tunanetra di Tasikmalaya yang Diterima di SNBT SNPMB UNESA 2025

Minggu, 15 Juni 2025 - 22:41
Kisah M Lutpi Alamin, Tunanetra di Tasikmalaya yang Diterima di SNBT SNPMB UNESA 2025 Muhamad Lutpi Alamin, disabilitas netra warga Situgede RT 01 RW 07, Cibatuireng, Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat saat memperlihatkan link kelulusan di handphonenya, Minggu (5/6/2025) sore (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMES WAKATOBI, TASIKMALAYA – Tanggal 28 Mei 2025 menjadi hari yang sangat bersejarah dan penuh haru bagi Muhamad Lutpi Alamin, seorang pemuda penyandang disabilitas netra sejak lahir asal Kampung Situgede RT 01 RW 07, Desa Cibatuireng, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pada hari itu, Lutpi dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) SNPMB dan diterima sebagai satu-satunya siswa SLB di antara 31 SLB yang ada di Tasikmalaya menjadi mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Lutpi Santri penghafal Al-Quran ini binaan Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah Kota Tasikmalaya menerima kabar kelulusannya melalui tautan resmi SNPMB di gadget-nya sekitar pukul 15.15 WIB saat berada di ruang kantor pesantren tempatnya menimba ilmu.

Harita ping 28 abdi nuju di pasantren di lembur Karangnunggal, kinteun tabuh 15.15 WIB di ruang kantor pasantren ningali pengumuman abdi ditampi di Unesa, abdi masih acan percanteun... abdi uih wawartos ka mamah bapak, teras nelpon wali kelas pak Ahmad,” ungkap Lutpi saat ditemui TIMES Indonesia di Jalan RSUD dr. Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Minggu (15/6/2025) sore.

(pada saat itu tanggal 28 Mei saya lagi di kampung halaman Karangnunggal, sekitar pukul 15.15 WIB di ruang kantor pesantren melihat pengumuman saya diterima di Unesa, saya masih belum percaya kemudian saya pulang dan memberitahukan ke ibu dan bapak, kemudian menelpon wali kelas pak Ahmad untuk memastikan)

Pria kelahiran 31 Agustus 2001 ini merupakan alumni SLB Negeri Tamansari Kota Tasikmalaya. Meskipun menyandang tunanetra, semangatnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi tak pernah padam. 

Lutpi mengaku sejak bulan Februari 2025, ia mulai mempersiapkan diri mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi dengan belajar secara otodidak melalui berbagai channel YouTube, salah satunya akun Leni Agustin, serta memanfaatkan aplikasi Schooling yang diunduh dari Google Playstore.

“Saya berusaha mencari bimbingan belajar di internet. Bimbingan itu tidak hanya untuk disabilitas, tapi juga bisa untuk siswa umum,” katanya.

Menghadapi keterbatasan materi pelajaran di SLB, Lutpi harus bekerja ekstra untuk mempelajari materi setingkat SMA yang umumnya tidak diajarkan secara utuh di SLB. Ia harus mengejar banyak ketertinggalan, terutama karena standar pengajaran di SLB lebih ditujukan kepada siswa dengan kebutuhan khusus secara umum.

“Jadi anu kantos teu kabahas disakola urang kedah milari dinu sanes... itu anu disayangkeun di SLB teh (Jadi yang belum terbahas di sekolah (SLB) saya harus mencari ke keluar, jadi itu yang disayangkan di SLB itu),” ungkap Lutpi dengan nada haru.

Meski telah diterima di kampus impian, perjalanan Lutpi belumlah selesai, biaya pendidikan, terutama biaya hidup di Surabaya, menjadi kekhawatiran besar bagi keluarganya. Ia telah membicarakan hal ini dengan kedua orang tuanya, namun keterbatasan ekonomi menjadi tantangan yang tidak mudah.

“Untuk sekolah, insyaAllah kata mamah sanggup, tapi untuk biaya sehari-hari masih tanda tanya... mamah bilang akan diusahakan, tapi kalau tidak mampu, mamah minta maaf,” ujarnya lirih.

Sang ayah, Abdul Kodir Alamin (67 tahun), mengisahkan bahwa Lutpi sempat meminta dibacakan Surah Yasin sebelum ujian sebagai bentuk permohonan doa dari orang tuanya. Harapan itu kini berbuah hasil, namun sekaligus menjadi beban karena sang ayah sudah tidak lagi bekerja sejak tahun 2013. 

Usaha konveksi bordirannya bangkrut dan ia menderita penyakit lambung serta reumatik kronis, membuatnya hanya bisa terbaring di kasur selama lima tahun terakhir. Bahkan penglihatannya pun mulai rabun, bahkan untuk membaca pesan di ponsel yang dikirim anaknya sudah kesulitan.

Abdi ayeuna teu usaha, ari salaku bapak mah ngijinan... soal biaya bapak angkat tangan. Mudah-mudahan aya rejekina, meureun biayana aya welas jutana

(Saya sekarang tidak usaha, selaku ayah tentunya mengijinkan, soal biaya bapak angkat tangan, semoga ada rejekinya, mungkin biayanya belasan juta),” kata Abdul Kodir dengan nada haru.

Meski begitu, keluarga Lutpi tidak tinggal diam. Kini mereka tengah berupaya menjual sawah dan kebun milik keluarga sebagai sumber biaya untuk mendukung perjalanan akademik putra sulungnya itu.

"Nyuhunkeun ka gusti mudah mudah sing disehatkan, abi keuyeung dugi ka ayeuna bade ngical sawah atanapi kebon namung acan aya hasil,  Urang ngadua we.

(Meminta kepada Tuhan, mudah-mudahan disehatkan, saya saat ini mengebe-gebu untuk menjual sawah atau kebun, namun belum ada hasil, kita berdoa saja)." harap Abdul Kodir.

Kisah Lutpi menjadi  potret nyata semangat juang penyandang disabilitas dalam meraih mimpi dan hak yang sama untuk pendidikan tinggi.

Keberhasilan Lutpi mendapat apresiasi dari Muhamad Aqshal Setyawan seorang disabilitas  penyandang Cerebral palsy alumni Universitas Perjuangan Tasikmalaya tahun 2024.

Aqshal mengapresiasi atas keberhasilan dan mengucapkan selamat kepada Lutpi.

Menurutnya di tengah keterbatasan, Lutpi mampu menunjukkan bahwa akses dan inklusi pendidikan di perguruan tinggi negeri  menjadi hak semua warga negara, termasuk penyandang disabilitas.

"Selamat ya, Belajar itu harus, pintar itu bonus, buat Lutpi, teruslah berihtiar mencarinilmu tapi janganlah terlalu keras untuk belajar ada kalanya kita juga butuh istirahat, sejajarkan adab, etika dan ilmu," pesan Aqshal peraih IPK 3.75 dengan katagori sangat memuaskan

Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sendiri menurut Aqshal dikenal sebagai salah satu kampus negeri unggulan di Indonesia yang memiliki perhatian terhadap pendidikan inklusif. UNESA telah membuka banyak akses dan fasilitas ramah disabilitas.

Kisah inspiratif Muhamad Lutpi Alamin menurutnya dapat membukan mata kepada banyak pihak untuk lebih peduli terhadap akses pendidikan inklusif di Indonesia. Semangat dan perjuangannya patut mendapat dukungan, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun lembaga sosial. 

"Ya saya berharap ada uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak untuk meringankan beban finansial keluarga Lutpi agar ia bisa menempuh studi di Surabaya dengan nyaman dan tenang. Semoga lancar ya," pungkas Aqshal.(*)

Pewarta : Harniwan Obech
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Wakatobi just now

Welcome to TIMES Wakatobi

TIMES Wakatobi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.